Photobucket

Sabtu, 07 April 2012

Dakwah Fardiyah

            Menyeru manusia kepada Allah s.w.t adalah kewajipan setiap muslim di setiap masa. Terutamanya di zaman kita ini, ia lebih wajib kerena umat Islam pada hari ini terdedah kepada serangan jahat musuh-musuh Allah s.w.t yang bertujuan mencabut teras dakwah Islam dari jiwa umat Islam. Menyeru manusia kepada Allah s.w.t adalah satu kemuliaan yang
besar kepada pendukung dakwah. Firman Allah yang bermaksud: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang soleh dan berkata: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri.” (Fushilat: 33)
Menyeru manusia kepada Allah s.w.t menghasilkan pahala dan ganjaran yang besar dan tidak ternilai sebagaimana pengakuan Rasulullah s.a.w yang bermaksud: “Jika Allah s.w.t memberi hidayah kepada seorang lelaki lantaran anda, itu lebih baik bagimu daripada setiap apa yang disinari matahari.” (Riwayat at-Tabrani).
 Menyeru manusia kepada Allah s.w.t dan kepada jalan yang benar, adalah sebaik-baik urusan dan amat perlu diketengahkan, terutama di zaman ini yang berkecamuk dengan berbagai kefahaman dan ideologi, trend semasa yang memperbodoh, menyesat dan menyelewengkan. Menyeru manusia kepada Allah s.w.t adalah salah satu peringkat yang penting dalam amal Islami yang dilakukan secara bersungguh-sungguh. Kita hendaklah memahami realiti muslimin yang menjadi medan dakwah kita (di sini kita hanya membincangkan mengenai urusan mendakwah kaum muslimin supaya kembali kepada Allah). Ini kerana tuntutan sekarang ialah memindahkan mereka dari realiti hidup yang menguasai mereka pada hari ini. Mereka hidup dengan kefahaman yang silap, malas beramal untuk Islam, bersikap keterlaluan dan lain-lain. Kita hendaklah memindahkan mereka kepada suasana kehidupan yang baru, kehidupan yang memahami Islam dengan kefahaman yang lengkap sempurna sebagaimana yang dibawa oleh Rasulallah s.a.w.
Selain itu kita juga perlu memindahkan mereka kepada memahami tuntutan Islam yang sempurna dan memahami cara merealisasikannya menurut kaidah yang paling sempurna dan betul. Melalui penelitian dan kajian terhadap masyarakat kita, kita akan mendapati bahwa kelemahan iman atau kelumpuhan iman di jiwa, tidak memahami hakikat Islam dengan sebenarnya dan serangan pemikiran adalah faktor utama yang menyebabkan kaum muslimin berada dalam suasana yang ada pada hari ini. Ia juga merupakan faktor utama yang membolehkan musuh-musuh Allah menjadikan sebahagian kaum muslim sebagai kuda tunggangan mereka untuk memerangi Islam secara mereka sadari atau tidak. 

Kebanyakan muslim pada hari ini sibuk dengan urusan dunia dan lalai daripada beribadat kepada Allah s.w.t dan mentaati perintah-Nya. Mereka seperti sekumpulan manusia yang sedang nyenyak tidur. Di sebelah mereka terdapat api yang marak menyala dan akan membakar mereka sekiranya mereka masih lagi tidur. Di kalangan manusia yang sedang nyenyak tidur, terdapat mereka yang tidak tidur dan menyadari apa yang berlaku di sekeliling, tetapi tidak mampu memadamkan api yang sedang membakar. Ketika itu kewajipan kita adalah segera membangunkan manusia yang nyenyak tidur supaya setiap mereka menyadari keadaan masing-masing dan menjauhkan diri daripada api.  Ketika kita berusaha membangunkan orang yang sedang nyenyak tidur tadi, mungkin kebanyakan dari mereka tidak mahu bangun kerana sedang enak tidur dan tidak mau diganggu. Ini kerana dia masih tidur dan belum lagi sadar. Jika dia benar-benar sadar dari tidurnya dan melihat api yang sedang membakar, niscaya dia bersegera menyelamatkan diri.
Jadi kita sebagai Da’i mesti bersabar di dalam usahanya menyeru mereka kepada Islam. Kita mesti sanggup menghadapi tindak balas objek dakwah kita seperti perbuatan jahat dan cercaan. Kita mesti mengharapkan balasan usaha kita hanya daripada Allah dan mengikuti jejak langkah junjungan kita Nabi Muhammad s.a.w. Baginda menyeru menusia dan terdedah kepada gangguan dan cercaan. Baginda tetap bersabar dan terus meneruskan dakwah sambil berdoa , “Wahai Tuhanku! Berilah hidayah kepada kaumku kerana sesungguhnya mereka tidak mengerti”. Di dalam pengertian ini al-Iman asy-Syahid Hassan al-Banna berkata: “Jadilah kamu ketika menyeru manusia seperti pokok buah-buahan; mereka membalingnya dengan batu dan dia menggugurkan buah kepada mereka”.

Dalam Dakwah Fardiyah ada beberapa tahap yang bisa kita laksanakan, yaitu
a.       Mengenali
Fase pertama dalam dakwah fardiyah adalah mengenali calon mad’u (taaruf). Kita harus mulai mengenal dari setiap individu mad’u yang kita ajak, karena individu adalah komponen terkecil penyusun suatu masyarakat kampus. Individu memegang peranan penting dalam menentukan perjalanan dan bentuk masyarakat kampus itu sendiri. Oleh karena itu, yang menjadi tonggak dalam gerakan kita adalah individu. Mengenal tidak hanya sebatas nama dan nomor handphone, akan tetapi betul-betul mengenal secara mendalam. Dimulai dari kita mengetahui kebiasaannya, dimana tempat tinggalnya, aktifitas kesehariannya, kesukaan dan ketidaksukaannya dan lain sebagainya. Mengenali mad’u ini sangat penting, karena akan mempengaruhi bagaimana metode yang cocok untuk mendekati setiap individu. Mengenali mad’u juga akan menentukan keberhasilan kita dalam mengajak objek dakwah.
b.      Mendekati
Pendekatan yang dilakukan terhadap objek dakwah tentunya juga menggunakan metode yang berbeda, ada kalanya kita juga harus menyesuaikan dengan bagaimana kedekatan atau seberapa kenal kita dengan objek dakwah kita. Pada dasarnya kita tidak perlu mengubah cara kita berkomunikasi atau bersikap kepada mad’u, karena perubahan yang terjadi justru bisa kontraproduktif terhadap dakwah yang kita lakukan. Jagalah diri anda, dan tentukan pola pendekatan yang paling tepat dengan tipikal diri anda.
Hal yang perlu diperhatikan juga dalam mendekati objek dakwah adalah langkah yang cermat dan kekhasan tersendiri objek dakwah kita, kerena biasanya objek dakwah ini mempunyai seseorang yang mereka segani dan hormati. Jika seorang da'i dapat mendekati orang tersebut, sangat dimungkinkan mad’u itu mengikuti dakwah kita. Namun jika pendekatan ini tidak berhasil, sebagai da'i, ia tidak boleh putus asa. Sebagai seorang da’i tentunya akan terus berusaha, misalnya kita mendekatinya dengan hal-hal yang disukai objek dakwah kita. Tujuan dari pendekatan ini yakni membentuk kepercayaan antara diri kita dan objek dakwah, mengikatkan dan mendekatkan hati, dan menumbuhkan perasaan ingin mempelajari islam secara mendalam dan konsisten, atau menimbulkan keinginan untuk mengubah diri sendiri kearah yang lebih baik tentunya.
Perlu diperhatikan dan ditekankan pada diri seorang da’i,  pendekatan itu harus dilakukan dengan lemah lembut. Kita harus menyadari bahwa kita tidak diwajibkan untuk memastikan mereka semua menerima ajakan kita, namun jika mereka semua menerima ajakan kita, itu adalah rahmat dari Allah SWT. Hanya Dialah yang berhak memberikan hidayah.

c.       Mengajak
Setelah mendapatkan kepercayaan dan kedekatan, tugas kita adalah mengajak mad’u kita untuk mengikuti pembinaan Islam secara konsisten. Bagaimana cara dan waktu yang tepat, tergantung situasi yang ada. Bisa jadi perlu ada diskusi panjang hingga beliau bersedia ikut pembinaan, atau ada yang tipikal langsung di ajak, ini untuk tipikal pada mad’u yang sudah dekat secara personal dengan kita, atau untuk mad’u yang agak sulit mengambil keputusan, bisa langsung diundang di agenda pembinaan yang ada. Proses pengajakan ini bukan akhir dari proses meskipun mad’u menolak untuk mengikuti pembinaan. Proses fardiyah harus tetap jalan. Jika kita sudah merasa tidak ada prospektif disalah seorang mad’u, maka kita harus mengganti calon ma’du yang bisa menjadi pilihan yang tepat. Dan jangan pernah bosan untuk mengajak orang lain demi kebaikan dan kebenaran seperti slogan dalam dakwah kita“ Rapatkan Barisan Wujudkan Kejayaan Islam”.
d.      Mendoakan
Setelah mengajak seorang mad’u tentunya kita juga harus mendoakannya, karena kekuatan do’alah yang bisa menyatukan hati-hati kita, karena sesungguhnya do’a kita kepada sesame muslim akan menjadi mal yang sangat bernilai, kekuatan do’a ini pula yang akan membukakan hati kita semua, memudahkan masuknya hidayah, dan menjauhi godaan syaitan. Mendo’akan mad’u menjadi kewajiban bagi seorang da’i.
e.       Menjaga
Menjaga hasil fardiyah yang dilakukan sangat penting, setiap da’i harus melakukan proses penjagaan terhadap hasil fardiyah kita. Akan tetapi hasil hasil fardiyah yang kita dapatkan bisa jadi orang lain yang membinanya. Oleh karena itu kita perlu tetap menjaga hubungan dengan beliau. Sesekali kita coaba tanyakan bagaimana pembinaan yang beliau dapat, apa kesannya, atau diajak diskusi sambil makan bareng, bahkan jangan lupa sesekali untuk menyakan kabarnya.

0 komentar:

Posting Komentar