Photobucket

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 05 Mei 2012

Lima (5) Pantangan

Dalam menghadapi kehidupan ini ada lima pantangan yang sebaiknya tidak
kita lakukan, yaitu:

1. Pantang bertindak sia-sia.
Setiap tindakan kita sebaiknya terhindar dari kesia-siaan. Setiap tutur
kata, setiap langkah dan
setiap apapun hendaknya dilakukan untuk sesuatu yang bermanfaat, baik di
dunia maupun akhirat.

Jika kita bisa menghindari kesia-siaan, insya Allah kita akan menjadi
'pribadi yang sukses'.

2. Pantang mengeluh.
Keluh kesah tidak menyelesaikan masalah. Seandainya dengan mengeluh
masalah bisa selesai, maka semua orang akan menyelesaikan masalahnya
dengan mengeluh. Tetapi mustahil itu terjadi.

Jika kita tidak mengeluh dalam menghadapi segala persoalan, maka insya
Allah kita akan menjadi 'pribadi yang tangguh.'

3. Pantang menjadi beban.
Bersikap mulia dengan tidak menjadi beban bagi orang lain adalah sikap
yang sangat terpuji. Walaupun tidak mungkin bagi kita untuk sama sekali
tidak bergantung, tetapi paling tidak kita mengurangi sekecil-kecilnya
ketergantungan itu. Setiap bantuan orang lain sekecil apapun, sebaiknya
segera kita bayar dengan apapun semampu kita.

Jika kita tidak menjadi beban orang lain maka insya Allah kita akan
mempunyai 'harga diri' yang tinggi.

4. Pantang berkhianat.
Berkhianat adalah sikap yang sangat tercela. Sesulit apapun keadaan kita,
jangan pernah berkhianat.

Jika kita tidak pernah berkhianat maka kita akan menjadi pribadi yang
'terpercaya'. Nah, kepercayaan
inilah modal yang sangat berharga dalam mengarungi hidup.

5. Pantang mengotori hati.
Hati adalah komponen yang sangat penting dalam tubuh. Jika hati baik, maka
menjadi baiklah seluruh tubuhnya. Sebaliknya jika hati buruk, maka
buruklah sekujur tubuhnya.

Jika kita bisa menjaga hati tetap bersih maka insya Allah kita akan
menjadi 'bahagia' dan amal ibadah kita diterima.

Sumber : Intisari Ceramah AA Gym
Ahad 30 Desember 2001
Masjid Daarut Tauhii

Kamis, 03 Mei 2012

Strategi Da’wah

Kewajiban kaum muslimin menegakkan Da’wah Islamiyah, bertolak dari pertimbangan yang logis. Paling penting diantaranya ialah diutusnya Rasulullah SAW, sebagaimana tercermin dalam Diin (al Islam).  

“Pada hari ini telah aku sempurnakan kepadamu agamamu”. (Al Maidah : 3)

Manusia dalam sejarahnya, selalu dirongrong kesesatan dan penyimpangan. Padahal tugas menyampaikan petunjuk kepada manusia dibebankan kepada para nabi dan Rasul. 

“Dan tidak ada satu ummat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan” .(Fathir : 24) 

Setiap terjadi penyelewengan dari manhaj Allah oleh suatu kaum, Allah SWT mengutus seorang Nabi ditengah-tengah mereka, sebagai pemberi kabar gembira atau pemberi peringatan. Mulanya manusia itu satu umat. Kemudian mereka banyak yang sesat. Karena itu Allah SWT mengutus Nabi dan Rasul untuk mengembalikan mereka kepada kebenaran. 

“Manusia itu adalah ummat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para Nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan”. (2 : 213) 

Ketika manusia mencapai tahap kemajuan ilmu, kematangan berfikir serta siap menerima era internasionalisasi, Allah SWT mengutus seorang Rasul pamungkas, pembawa risalah terakhir. Tidak ada lagi risalah lain yang berisi petunjuk kepada kebenaran sesudahnya. Karena itu, kedatangan seorang Nabi dan Rasul untuk membawa risalah baru tidak diperlukan lagi. Akhirnya, tugas para Rasul tersebut diserahkan kepada pewarisnya. 

“Kamu adalah ummat  terbaik  yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegak dari yang munkar”. (3 : 110) 

Kebaikan  ummat ini terletak pada kualitasnya dalam memelihara dan memperjuangkan al-Haq. Aktivitas ini dilakukan sesuai dengan kemampuannya. Rasulullah SAW bersabda :

 “Sampaikanlah yang datang dariku walaupun satu ayat”.“Jika Allah menunjukkan hidayah kepada seseorang dengan perantaraanmu, maka hal itu lebih baik bagimu daripada dunia dan seisinya”. 

Hal itu jelas menunjukkan, kebaikan Da’wah ila Allah. amar ma’ruf nahi munkar (dengan hati, lisan dan tangan terletak pada kesungguhan dan pengorbanannya serta sesuai dengan karakter kemunkaran yang akan dihancurkannya atau kema’rufan yang akan ditegakkan. Semua itu harus dilakukan dengan penuh kesungguhan dan pengorbanan, baik dilaksanakan secara fardhi ataupun jama’i. Dengan cara lemah lembut ataupun dengan cara kekerasan. 

Kepositifan dalam menyampaikan risalah ini merupakan  rahasia kelestarian Islam dan kewajiban suci seorang muslim, apapun peringkat kematangan dan kapasitasnya. Jelas dalam aktifitas da’wah terdapat peringkat-peringkat kewajibannya. Misal masalah amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan tugas utama pemerintah. Sedangkan masalah ijtihad dan menjelaskan detail persoalan agama merupakan tugas utama para ulama. Rasulullah SAW bersabda : 

“Ulama itu pewaris para Nabi” 

“Ulama ummatku laksana Nabi-nabi Bani isra’il”

Islam tidak akan tegak, kecuali pada pewarisnya serempak bangkit menegakkan Da’wah Islamiyah secara merata diseluruh lapisan masyarakat. Tentu, semuanya dilakukan sesuai dengan kemampuannya. Ini perintah dan penegasan dari Allah SWT : 

“Serulah (manusia) kejalan Rabbmu”. (An Nahl : 125) “Kami tidak akan memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya”. (Al An’am : 152) 

Kebaikan ummat, kelanggengan keteladanan dan kekonsistenannya memelihara al-Haq, terletak sejauh mana ummat Islam menegakkan risalah abadi ini, yaitu menyeru manusia kepada Islam. Inilah risalah Muslim. Risalah ini diarahkan kepada dua hal. 

Pertama : Ummat Islam.  

Tujuannya agar kehidupan ma’ruf dan kemungkaran sebagai sesuatu yang mungkar. Artinya, ummat Islam tetap konsisten memandang kema’rufan sebagai kebaikan yang harus ditegakkan. Sebaliknya kemungkaran sebagai kejahatan yang harus diberantas. Ini harus ditegakkan secara teoritis dan praktis. Mengapa ? Agar Haq tetap menjadi mulia dan bathil menjadi hina. 

Sebab tujuan amar ma’ruf dan nahi munkar pada peringkat ini bukan menghapuskan kejahatan secara sekaligus – karena hal demikian bertentangan dengantabiat kejadian. Tetapi, lebih menekankan usaha mempersempit dan mengontrol ruang gerak kemunkaran. Sehingga tidak menjadi kekuatan. Selanjutnya kema’rufanlah yang merndominasi kehidupan. 

Aktifitas seperti itu jelas hanya dapat dilakukan oleh Jundiyyah Islamiyah yang secara konkret menjadi sendi al-Haq. Jundiyah ini sekaligus menjadi da’I yang menyeru manusia kepada Islam. Mereka mampu menghimpun manusia dibawah panji-panji. Mereka pula yang disebut Hizb Allah. 

Hizb Allah termaksud manusia-manusia yang ikhlas dan menyadarkan seluruh nilai hidupnya hanya kepada Islam. Mereka adalah orang-orang yang terus menerus menggunakan sarana amal, mengerahkan tenaga, kesungguhan dan menghimpun anggota sebanyak-banyak untuk kepentingan da’wah. 

Dalam tingkat seperti itu aktifitas mereka tidak terfokus kepada bentuk-bentuk seperti pembangunan masjid madrasah dan yayasan-yayasan Islam. Sasarannya ialah melestarikan Islam ditengah-tengah ummat, mengorganisir aktifitas dan mendayagunakan seluruh potensi ummat pada setiap sektor kehidupan masyarakat kepemimpinan Qur’ani diseluruh lapisan masyarakat. 

Mengupayakan semua itu satu kewajiban. Ini bagian kaidah ushul fiqh yang menyatakan, “Suatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengannya maka ia adalah wajib”. 

Kadang-kadang da’wah dalam peringkat ini tidak dapat menghindar uslub jihad melawan penguasa zhalim yang sewenang-wenang, untuk mengembalikan seluruh kekuasaan mareka kepada ummat Islam. Sehingga seluruh pegawai di dalam pemerintah berkhidmad untuk Islam dan ummatnya. 

Kedua : Kaum Kuffar 

Tujuan da’wah dibagian ini, melakukan pembelaan terhadap tipu daya musuh-musuh Islam yang bersifat fikriyah ataupun maddiyah. Menolak kesewenang-wenangan mereka terhadap ummat. Mencegah fitnah mereka terhadap negara-negara Islam, dan kaum Muslimin minoritas yang hidup dibawah cengkraman mereka. Tujuan tersebut harus diwujudkan dengan mengerahkan berbagai sarana yang bersifat pemikiran ataupun materi. Dari yang paling mudah sampai yang paling sulit. 

Selanjutnya ummat Islam harus bangkit menyampaikan kebenaran dan menegakkan hujjah di tengah-tengah bangsa kafir. Kaidah da’wah dalam peringkat ini ialah :

“Dan katakanlah : “Kebenaran itu dari Rabb kamu sekalian. Maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaknya ia beriman dan barangsiapa yang ingin (kafir) hendaknya ia kafir”. (Al Kahfi : 29)

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu”. (Al Maidah : 67).

Da’wah Islam tidak memaksa orang supaya masuk Islam. Ini tercermin di dalam konsep jihad Islam. Tujuan jihad hujumi sekalipun tidak  boleh memaksa suatu bangsa supaya memeluk Islam. Jihad lebih bersifat menyingkirkan kendala-kendala dan duri-duri yang merintangi perjalanan da’wah, kebebasannya, dan membela kaum tertindas yang diperkosa penguasa thoghut.

“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita ataupun anak-anak yang semuanya berdo’a, “Ya Rabb kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Makkah) yang zalim penduduknya dan berikan kami pelindung dari sisi Engkau dan berikan kami penolong dari sisi Engkau”. (An Nisa : 75)

Dewasa ini muncul fenomena lain yang memaksa kita harus memikirkan lebih jauh tentang istilah tersebut. Yaitu adanya kecenderungan kebebasan berfikir, mengemukakan pendapat dan kemudahan seorang Muslim untuk melahirkan syiar-syiar agamanya seperti mendirikan masjid, pusat-pusat Islam dan lain sebagainya berlangsung di Dar al kuffar. Tapi, hal-hal seperti itu dilarang dibeberapa negara-negara Islam, seperti Tunisia, Turki dan lain-lainnya. Bahkan kebebasn berda’wah hampir boleh dikatakan tidak ada. Malah dibeberapa negara tertentu penguasanya melarang kaum Muslimin memakai busana Islam. Ringkasnya da’wah Islamiyah adalah risalah setiap Muslim. Risalah ini harus ditegakkan baik oleh individu atau oleh jama’ah sesuai dengan kesanggupannya dan sesuai dengan keperluan da’wah ini sendiri.

Da’wah Islamiyah ialah sejumlah aktifitas yang diarahkan untuk memelihara aqidah Islam dan ajaran-ajarannya yang lurus dari segala bentuk bid’ah. Ia adalah upaya memperbaiki kehidupan kaum Muslimin, melindunginya dan membela kemurnian aqidah  atau kesatuan tanah airnya. Sedangkan untuk keluar, da’wah Islamiyah adalah supaya mewujudkan kontinuitas da’wah Islam yang tersebar diseluruh dunia sekarang ini. Sebagai saksi atas manusia, dan mencegah timbulnya fitnah atas kaum minoritas Muslim dan orang-orang lemah.













































































































































































Risalah Ta'lim (Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna)

WAHAI IKHWAN YANG BENAR DALAM FIKRAHNYA...Rukun Bai'ah adalah sepuluh rukun maka hendaklah kamu memeliharanya: Faham, Ikhlas, Amal, Jihad, Tadhiyyah, Taat, Thabat, Tajarrud, Ukhuwwah dan Thiqah.Wahai akh yang benar dalam dakwahnya:

FAHAM 
Maksudku dengan rukun faham adalah: Hendaklah kamu yakini bahawa fikrah kita adalah fikrah Islam yang tulen dan hendaklah difahamkannya kepada orang ramai seperti mana yang kita fahami dalam lingkungan dua puluh usul yang amat ringkas.1. Islam adalah satu sistem yang menyeluruh yang mengandungi semua aspek kehidupan. Ia adalah daulah dan negara ataupun kerajaan dan umat. Ia adalah akhlak dan kekuatan ataupun kasih sayang dan keadilan. Ia adalah peradaban dan undang-undang ataupun keilmuan dan hukum-hukum. Ia juga adalah material dan harta benda ataupun kerja dan kekayaan, ia adalah jihad dan dakwah ataupun ketenteraan dan fikrah. Begitu juga ia adalah akidah yang benar dan ibadat yang sahih, kesemuanya adalah sama pengiktibarannya di sisi kita.2. Al-Quran yang mulia dan sunnah yang suci adalah rujukan kepada setiap muslim dalam mengetahui hukum-hukum Islam. Al-Quran difahami dengan mengikut kaedah bahasa arab dengan tidak mengikut sikap memberatkan dan menyempitkan. Kefahaman kepada sunnah yang suci adalah dengan mengembalikannya kepada rijal-rijal hadis yang thiqah.3. Iman yang benar, ibadat yang sahih dan mujahadah mempunyai cahaya dan kemanisan yang diberikan oleh Allah kepada hati-hati hamba yang dikehendakiNya. Manakala ilham, lintasan hati, tilikan dan tenungan adalah bukan dari dalil hukum syariah yang tidak diberikan iktibar kecuali jika tidak bertembung dengan hukum dan nas agama.4. Dan setiap tangkal, pelindung, azimat, tilikan, jampi serapah dan pengakuan mengetahui perkara ghaib adalah termasuk dalam perkara mungkar yang wajib diperangi kecualilah jika ianya adalah daripada ayat al-Quran dan tangkal yang sandarannya.5. Pandangan Imam dan naibnya pada masalah yang tidak ada nas putus padanya dan pada perkara yang mempunyai arah pandangan yang berbagai hendaklah dipakai selagi mana ia tidak bertentangan dengan kaedah syarak. Pandangan ini kadangkalanya berubah dengan perubahan situasi, uruf dan adat. Asal dalam perkara ibadat adalah mengabdikan diri tanpa berpaling kepada makna-maknanya sedangkan asal dalam perkara adat, dilihat kepada rahsia-rahsia, hikmat dan tujuannya.6. Setiap orang boleh dipakai ataupun ditolak kata-katanya melainkan kata-kata yang keluar dari orang yang dilindungi dari dosa, Rasulullah s.a.w. Setiap perkara yang datang dari para salafussoleh r.a yang bertepatan dengan kitab Allah dan sunah, kita hendaklah menerimanya. Kalau tidak bertepatan dengan nas, maka nas al-Quran dan sunah Rasulullah s.a.w adalah yang lebih utama untuk diikuti. Tetapi kita tidak sekali-kali mengutuk dan memburukkan seseorang dari mereka walaupun apa yang telah diselisihkan mengenainya. Kita serahkan semuanya kepada niat masing-masing kerana mereka telah bergantung kepada apa yang telah mereka kerjakan.7. Setiap muslim yang tidak sampai kepada martabat ijtihad dalam mencari dalil hukum Islam yang furuk hendaklah mengikut kepada pegangan salah seorang dari Imam-imam mazhab Islam. Menjadi elok lagi kepadanya ketika mengikut mazhab itu jika ditambah dengan usaha yang sedaya upaya untuk mengetahui dalil-dalilnya. Dia hendaklah menerima segala petunjuk yang diserta dengan dalil, ketika diyakini kesahihan dan kebolehan orang yang memberikan petunjuk itu kepadanya. Dia juga hendaklah menyempurnakan kekurangan ilmu yang ada pada dirinya sekiranya dia di kalangan ahli ilmu sehinggalah dia sampai kepada peringkat Al-Nazar (ijtihad hukum).8. Perselisihan faham dalam perkara furuk fekah tidak boleh menjadi sebab kepada berlakunya perpecahan di dalam agama, juga janganlah ianya membawa kepada perbalahan, kemarahan antara satu sama lain. Setiap mujtahid ada pahalanya. Tidak ada halangan jika dilakukan pengkajian ilmiah yang adil dalam masalah yang diperselisihkan ini yang dilakukan dalam naungan perasaan kasih mengasihi kerana Allah, bantu membantu untuk sampai kepada hakikat yang sebenarnya, dengan tidak membawa kepada perbahasan yang dikeji dan perasaan taasub.9. Melarutkan diri ke dalam masalah yang tidak membawa kepada amal adalah antara takalluf (memberatkan) yang dilarang oleh syarak. Di antara masalah seperti itu adalah seperti banyaknya cabang dalam hukum-hukum yang tidak mungkin berlaku, larut dalam membahaskan makna ayat al-Quran yang masih tidak diketahui oleh akal pengetahuan dan perbincangan untuk melebihkan antara sahabat-sahabat r.a dan pertentangan yang berlaku antara mereka. Setiap dari sahabat ada kelebihan bersahabat dengan Rasulullah s.a.w dan kesemuanya dibalas bergantung kepada niatnya. Membincangkan perkara ini boleh membawa kepada perselisihan yang buruk akibatnya.10. Makrifat Allah Taala, tauhid kepadaNya, membersihkanNya adalah akidah Islam yang paling mulia. Kita beriman dengan ayat dan hadis sahih yang menceritakan sifat Allah dan apa perumpamaan yang layak denganNya, kita beriman dengannya seperti mana datangnya ayat itu tanpa takwil dan mencuaikan. Kita juga tidak mencampurkan diri kita kepada perkara yang diperselisihkan oleh ulamak mengenai perkara ini. Kita hanya mengikut apa yang diredhai oleh Rasulullah s.a.w dan para sahabat baginda. Firman Allah yang bermaksud: "Dan orang-orang yang tetap teguh serta mendalam pengetahuannya dalam ilmu-ilmu ugama berkata: "Kami beriman kepadanya, semuanya itu datangnya dari sisi Tuhan Kami" (Al-Imran).11. Setiap perkara bid'aah dalam din Allah yang tidak ada asalnya walaupun diperelokkan oleh manusia dengan nafsu mereka dengan menambahkan ataupun mengurangkannya, adalah perkara kesesatan yang wajib diperangi dan dihapuskan dengan cara yang terbaik yang tidak membawa kepada merebaknya perkara yang lebih buruk dari itu.12. Perkara bid'aah tambahan dan kurangan serta iltizam dengan ibadat yang mutlak adalah antara masalah fekah yang masih diperselisihkan. Setiap ulamak mempunyai pandangan yang tersendiri. Tidak menjadi halangan jika kita mencari kebenaran dengan dalil dan bukti.13. Mencintai, menghormati dan memuji orang-orang yang soleh kerana amalan kebaikan mereka adalah satu pendekatan diri kepada Allah Taala. Wali-wali Allah inilah yang dimaksudkan oleh Allah sebagai orang yang beriman dan mereka bertaqwa kepadaNya. Perkara keramat berlaku kepada mereka dengan syarat yang syar'ie dengan menganggap bahawa mereka telah diredhai oleh Allah dan mereka tidak mempunyai kuasa memudaratkan atau memberikan manfaat diri mereka sendiri di kala hidup atau mati mereka tambahan pula memberikan perkara seperti itu kepada orang lain.14. Menziarahi mana-mana kubur adalah perkara yang disyariatkan tetapi dengan caranya yang muktabar. Namun begitu, meminta pertolongan, memanggil orang mati (walaupun siapa dia), meminta tunaikan hajatnya dengannya secara dekat ataupun jauh, bernazar kepada mereka, menghiaskan dan menerangkan kubur mereka, menyapunya, bersumpah dengannya selain dari Allah dan sebagainya dari perkara yang bid'aah, kesemuanya itu adalah perkara yang bid'aah yang merupakan dosa besar yang wajib diperangi. Janganlah kita mentakwilkan perkara-perkara ini kerana kita hendaklah menyekat daripada berlakunya perkara-perkara tersebut (Saddu al-Zaraik).15. Doa kepada Allah yang disertai dengan tawasul dengan orang lain adalah masalah khilaf furuk dalam masalah cara berdoa dan ia bukannya dari masalah akidah.16. Uruf yang salah tidak akan menukarkan hakikat lafaz syariat bahkan kita wajib memastikannya dari hudud makna yang dimaksudkannya dan berhenti di situ. Begitu juga wajib kita bebaskan diri kita dari tertipu dengan kata-kata dalam setiap aspek kehidupan dan juga agama. Pengajaran diambil daripada apa yang dinamakan dan bukannya dan nama itu sendiri.17. Akidah adalah asas kepada amalan dan amalan hati adalah lebih utama dari amalan anggota lain. Mencari kesempurnaan dalam amalan keduanya adalah dianjurkan oleh syarak walaupun terdapat perbezaan darjah anjuran ini.l8. Islam telah membebaskan akal dan memberi galakkan supaya memerhatikan bumi ini. Islam juga telah mengangkat taraf ilmu dan ulamak dan mengalu-alukan apa yang baik dan berfaedah dalam setiap perkara. `Hikmat itu adalah perkara yang hilang dari mukminin dan sekiranya dia menjumpainya, dialah yang paling berhak dengannya.'19. Kadang-kala setiap pandangan syarak dan pandangan akal menyelusup ke dalam perkara yang tidak ada pada pandangan yang kedua tetapi keduanya ini tidak akan berselisih dalam perkara yang pasti (qat'ie). Hakikat ilmiah yang sahih tidak akan bertembung dengan kaedah syarak yang tetap. Perkara yang dzan (diragui) darinya akan ditakwilkan agar bertepatan dengan perkara yang qat'ie. Jika keduanya adalah perkara yang `dzan', maka pandangan syarak adalah lebih utama untuk dipakai dan pandangan akal ketika itu hanyalah untuk memastikannya sahaja ataupun dihapuskan terus.20. Kita tidak akan mengkufurkan orang muslim yang mengikrarkan dua kalimah syahadah, beramal dengan tuntutannya dan mengerjakan fardhu-fardhunya, semata kerana pandangan ataupun maksiat yang dilakukan kecualilah jika dia mengakui dengan perkataan kufur, mengingkar perkara yang maklum dari asas yang darurat dalam agama, ataupun mendustakan al-Quran yang jelas, atau mentafsirkannya dengan tafsiran yang ditafsirkan sebagai kufur oleh gaya bahasa arab, ataupun beramal dengan amalan yang tidak boleh ditakwil lagi selain dari kufur.Jika seorang akh itu mengetahui dinnya dengan usul-usul ini, ketika itu dia telah mengetahui apakah makna yang dimaksudkan oleh slogan abadinya iaitu `Al-Quran Perlembagaan Kami dan Rasul Ikutan Kami'.

IKHLAS 
Maksudku dengan ikhlas: Bahawa seorang saudara muslim itu menujukan segala perkataan, amalan dan jihadnya keseluruhannya kepada Allah, mencari keredhaan dan kebaikan balasanNya, dengan tidak melihat keuntungan, gaya, pangkat, gelaran, kemajuan ataupun kemunduran. Dengan itu dia menjadi seorang tentera kepada fikrah dan akidah dan bukannya tentera satu tujuan atau manfaat yang tertentu. Allah telah berfirman yang bermaksud: "Katakanlah bahawa sembahyangku, ibadatku, kehidupanku dan kematianku hanyalah kepada Allah tuhan sekelian alam dan dengan itulah aku diperintah" (Surah al-An'aam). Dengan itu juga seorang akh muslim itu dapat memahami makna slogan abadinya iaitu: "Allah Matlamat Kami". Allahuakbar, kepada Allah segala pujian.

AMAL 
Maksudku dengan amal: Natijah dari ilmu dan ikhlas. Firman Allah yang bermaksud: "Dan katakanlah (wahai Muhammad): "Beramallah kamu, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang yang beriman akan melihat apa yang kamu amalkan. Dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui perkara-perkara yang ghaib dan yang nyata, maka Dia akan memberitahu kepada kamu apa yang kamu telah kerjakan" (Surah al-Taubah). Peringkat amal yang diperlukan dari seorang akh yang benar keimanannya itu adalah: 1. Memperbaiki dirinya sendiri sehingga menjadi seorang yang kuat fizikal, berakhlak mulia, berpengetahuan tinggi, berupaya untuk berdikari, selamat akidah, ibadat yang sahih, berjihad dengan dirinya sendiri, menjaga masanya, teratur dalam segala urusannya dan bermanfaat kepada selain darinya. Itulah kewajipan setiap orang akh. 2. Membentuk rumah tangga muslim dengan membawa ahli rumahnya menghormati fikrahnya, memelihara adab-adab Islam dalam setiap urusan kehidupan, tepat dalam memilih isteri, mengikat isterinya pada hak-hak dan kewajipannya, elok tarbiyah anak-anak dan pembantu dan membesarkan mereka menurut dasar-dasar Islam. Itulah juga kewajipan setiap orang akh. 3. Memberi petunjuk kepada masyarakat dengan menyebarkan dakwah kebaikan, memerangi perkara keji dan mungkar, menggalakkan sifat yang mulia, menyeru kepada kebaikan, bersegera ke arah kebaikan, membawa pandangan umum kepada fikrah Islam dan mencelup kehidupan umum dengan celupan dakwah Islam. Itu adalah kewajipan jemaah sebagai pertubuhan yang beramal. 4. Membebaskan negara dari penjajahan kuasa asing bukan Islam sama ada penjajahan itu berbentuk politik, ekonomi ataupun rohani. 5. Memperbaiki kerajaan sehingga menjadi kerajaan Islam yang sebenarnya. Dengan itu ia dapat menunaikan tugasnya sebagai pembantu kepada umat, buruh dan pekerja untuk kepentingannya. Kerajaan Islam adalah kerajaan di mana anggotanya adalah muslimin yang menunaikan fardhu-fardhu Islam dan tidak melakukan maksiat dan ia menjalankan semua hukum dan ajaran Islam. Tidak menjadi masalah jika kerajaan ini meminta bantuan dengan orang yang bukan Islam ketika darurat tetapi bukan dalam jawatan pemerintahan umum. Tidak menjadi masalah mengenai bentuk ataupun jenis pertolongan yang diminta selagi mana ia adalah bertepatan dengan kaedah umum dalam dasar pemerintahan Islam. Di antara sifat kerajaan Islam adalah: Merasakan tanggung jawab yang diletakkan kepadanya, kasihan belas kepada rakyat, berlaku adil di kalangan manusia, cermat dalam perbelanjaan wang umum dan berekonomi padanya. Antara kewajipannya adalah menjaga keamanan, melaksanakan undang-undang, menyebarkan ajaran Islam, melengkapkan kekuatan, menjaga kesihatan, menjaga kepentingan umum, menyuburkan harta benda dan menjaga wang negara, menguatkan akhlak yang mulia dan menyebarkan dakwah Islamiyyah, Antara haknya pula ketika ia telah menjalankan kewajipannya itu adalah: Diberikan ketundukan dan kepatuhan, dibantu dengan diri dan harta. Jika kerajaan ini tidak menjalankan kewajipannya dengan sempurna maka ia mesti diberikan nasihat dan petunjuk, kemudiannya dipecat dan dijauhkan jika ia tidak mengikut nasihat kerana tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam perkara maksiat kepada yang menciptanya. 6. Mengembalikan kehebatan antarabangsa kepada umat Islam dengan membebaskan negara-negara Islam yang dijajah, menghidupkan keagungannya, memperdekatkan peradabannya, menghimpunkan kesatuannya sehingga membawa kepada kembalinya Khilafah Islamiyyah yang telah hilang, dan mengembalikan kesatuan yang diharap-harapkan. 7. Membentuk kuasa besar dunia dengan menyebarkan dakwah Islam kepada setiap pelusuknya sehingga tidak ada lagi di sana fitnah dan agama itu hanyalah untuk Allah. Allah Taala enggan kecuali untuk disempurnakan NurNya (Maksud firman Allah). Keempat-empat peringkat yang terakhir ini adalah wajib kepada jemaah yang bersatu dan juga kepada setiap akh dengan sifatnya sebagai anggota dalam jemaah ini. Alangkah beratnya tanggung jawab dan alangkah besarnya misi ini. Manusia lain akan memandangnya sebagai khayalan sementara akh muslim memandangnya sebagai hakikat yang ingin dicapai dan dia tidak akan berputus asa. Bagi kita, Allah adalah harapan utama kepada kita seperti mana yang dimaksudkan oleh firman Allah dalam surah Yusuf: "Dan Allah Maha Kuasa melakukan segala perkara yang telah ditetapkanNya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."

JIHAD 
Maksudku dengan jihad adalah: Ia adalah satu fardhu yang berkuatkuasa sehingga hari kiamat. Begitu juga maksud dari sabda Rasulullah s.a.w yang bermaksud: "Sesiapa yang mati dan tidak berperang dan tidak berniat hatinya untuk berperang maka dia mati dalam keadaan mati jahiliyyah." Peringkat pertamanya adalah mengingkari dari hati, peringkat tertingginya adalah berjihad di jalan Allah. Antara keduanya: Jihad lidah, pena, tangan dan perkataan yang benar kepada pemerintah yang zalim. Dakwah ini tidak akan hidup kecuali dengan jihad. Setanding dengan ketinggian dan keluasan ufuk dakwah ini, begitu jugalah besarnya kelebihan jihad di jalan dakwah, mahalnya harga yang dipinta untuk mendokongnya, besarnya balasan yang akan diberikan kepada orang-orang yang beramal. "Berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad." Dengan itu kamu akan memahami apakah yang dimaksudkan dengan slogan abadi kamu: `Jihad Adalah Jalan Kami'.

 TADHIYYAH 
Maksudku dengan tadhiyyah (pengorbanan) adalah: Mengorbankan harta, waktu, kehidupan dan segalanya untuk mencapai matlamat yang ingin dicapai. Tidak ada jihad di dunia ini yang tidak disertai dengan pengorbanan. Jangan sekali-kali unsur pengorbanan ini digugur dalam jalan fikrah ini kerana sesungguhnya di sana ada balasan dan pahala yang besar dan indah untuknya. Sesiapa yang berhenti dari memberikan pengorbanan maka dia adalah berdosa. "Sesungguhnya Allah telah membeli nyawa dan harta dari mukminin." "Katakan bahawa jika sekiranya ayah-ayah kamu dan anak-anak kamu..." "Demikian itu kerana mereka tidak ditimpa dahaga dan kekurangan..." "Jika kamu taat maka Allah akan memberikan kepadamu balasan yang baik" Dengan demikian kamu akan memahami makna slogan abadimu: `Mati Syahid Di Jalan Allah adalah Setinggi Cita-cita'

TAAT  
Apa yang aku maksudkan dengan taat adalah: Mematuhi perintah dan melaksanakannya dengan segera sama ada dalam keadaan kesusahan ataupun kesenangan, perkara yang disukai ataupun dibenci. Ini adalah kerana peringkat dakwah ini ada tiga peringkat: 1. Peringkat Taarif iaitu pengenalan. Ini merupakan peringkat menyebarkan fikrah secara umum di kalangan manusia. Sistem dakwah dalam peringkat ini adalah seperti sistem sebuah organisasi. Peranannya adalah bekerja ke arah kepentingan umum. Wasilahnya adalah cara nasihat menasihati, memberikan petunjuk dan di ketika yang lain menubuhkan beberapa pertubuhan yang berfaedah dan lain-lain wasilah yang praktikal. Setiap cabang dari Ikhwan akan berfungsi di peringkat ini untuk menghidupkan dakwah dan diaturkan oleh undang-undang asas yang diterangkan oleh perutusan-perutusan Ikhwan dan majalah-majalahnya. Dakwah pada peringkat ini adalah dakwah umum. Setiap orang yang berkeinginan untuk memberikan sahamnya akan berhubung dengan jemaah dalam setiap operasinya dan dia akan berjanji untuk memelihara dasar-dasar jemaah. Taat yang mutlak tidak lagi diwajibkan pada peringkat ini seperti wajibnya menghormati peraturan dan dasar-dasar umum jemaah. 2. Peringkat Takwin (pembentukan). Ini dilakukan dengan memilih unsur-unsur yang layak untuk menanggung bebanan jihad dan juga menyatukan antara mereka. Sistem dakwah pada peringkat ini adalah secara sufi di sudut rohani, sistem ketenteraan di sudut praktikalnya. Slogan pada dua perkara ini (amal dan taat) adalah dengan tidak berbelah bahagi, tidak menarik balik, tidak ragu dan tidak merasa tertekan. Katibah-katibah Ikhwan pada peringkat ini akan dibentuk dan akan diaturkan oleh perutusan dasar yang lalu dan juga perutusan ini. Dakwah pada peringkat ini adalah berbentuk dakwah khas yang hanya akan bergabung dengannya orang yang mempunyai kesediaan sebenar untuk menanggung bebanan jihad yang panjang yang banyak cabaran. Petanda awal kepada kesediaan ini adalah taat yang mutlak dan sempurna. 3. Peringkat Tanfiz (Pelaksanaan). Dakwah pada peringkat ini adalah peringkat jihad yang tidak ada tolak ansur di dalamnya, amalan yang berterusan dan usaha untuk sampai kepada matlamatnya, cabaran dan bala yang hanya akan dapat disabari oleh orang yang benar. Tidak ada yang mengimbangi peringkat ini kecuali dengan taat yang sempurna juga. Atas perkara inilah generasi Ikhwan yang pertama telah berbai'ah pada hari 5 Rabiul Awal 1359 hijrah.

THABAT 
 Maksudku dengan thabat (keteguhan) adalah: Seorang akh itu sentiasa beramal dan berjihad dalam mencapai matlamatnya walaupun selama mana masa yang akan dilalui sehinggalah dia berjumpa dengan Allah sedang dia sudah mendapat satu antara dua perkara yang elok untuknya iaitu dapat mencapai matlamatnya ataupun mati syahid pada akhirnya. Firman Allah yang bermaksud: "Di antara orang-orang yang beriman, ada orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah, maka di antara mereka ada yang gugur (syahid), dan di antara mereka ada yang menunggu giliran dan mereka tidak mengubah janjinya) sedikitpun" (Al-Ahzab). Pada kita, masa adalah sebahagian dari unsur rawatan. Jalan ini adalah jalan yang panjang, peringkat yang berjauhan antara satu sama lain dan banyak cabaran yang akan ditempuhi, namun begitu jalan ini sahajalah yang akan menepati maksud di samping balasan dan pahala yang banyak dan indah. Itu adalah kerana setiap wasilah kita yang enam itu memerlukan persediaan yang elok, menunggu peluang yang mendatang dan ketelitian dalam pelaksanaan. Semuanya itu bergantung kepada masanya. Firman Allah yang bermaksud: "Mereka berkata kepadanya: Bilakah kemenangan itu, katakanlah kepada mereka semoga kemenangan itu adalah perkara yang hampir berlaku" (Al-Israk).

TAJARRUD 
Maksudku dengan tajarrud ini adalah: Kamu mengikhlaskan diri kamu untuk fikrah kamu sahaja dan tidak kepada lain-lain dasar dan peribadi. Ini adalah kerana fikrah yang kamu bawa adalah fikrah yang paling mulia, paling global dan tinggi. "Celupan Allah (celupan keimanan yang sebenar kepada Allah yang telah sebati dalam jiwa orang-orang mukmin). Dan siapakah yang lebih baik celupannya daripada Allah?" (Al-Baqarah). "Sesungguhnya telah ada bagi kamu contoh teladan yang baik pada Nabi Ibrahim dan mereka yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari kamu dan telah jelas antara kami dengan kamu permusuhan dan kebencian selama-lamanya sehingga kamu beriman kepada Allah sahaja..." (al-Mumtahanah). Di sisi seorang akh itu, manusia adalah terdiri dari enam golongan: Muslim mujahid, muslim yang menganggur, muslim yang berdosa, zimmi yang mempunyai perjanjian, tidak berpihak kepada mana-mana pihak dan kafir yang memerangi Islam. Setiap golongan ini ada hukum interaksi yang khas dengannya di dalam pertimbangan Islam. Dalam hudud pembahagian inilah, seorang peribadi ataupun sesebuah pertubuhan dipertimbangkan sama ada untuk diberikan perkongsian ataupun permusuhan.

UKHUWWAH 
Maksudku dengan ukhuwwah (persaudaraan) adalah: Hati-hati dan ruh terikat dengan ikatan akidah. Ikatan akidah adalah ikatan yang paling kukuh dan mahal. Persaudaraan sebenarnya adalah persaudaraan iman dan perpecahan itu adalah saudara kepada kekufuran. Kekuatan yang pertama kepada kita adalah kekuatan kesatuan, tidak ada kesatuan tanpa kasih sayang. Kasih sayang yang paling rendah adalah berlapang dada dan yang paling tinggi ialah martabat `ithar' (melebihkan saudaranya dari dirinya sendiri). Firman Allah yang bermaksud: "Dan sesiapa yang menjaga dirinya dari kebakhilan, maka mereka itulah orang-orang yang berjaya" (Al-Hasyr). Akh yang benar dengan fikrahnya akan melihat saudaranya lebih utama untuk diberikan perhatian dari dirinya sendiri kerana kalaulah mereka tidak bersama dengannya pasti mereka akan bersama dengan selain darinya. Sesungguhnya serigala akan membaham kambing yang kesesatan. Mukmin dengan mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan yang menguatkan antara satu sama lain. "Mukminin dan mukminat sebahagian mereka adalah pemimpin kepada sebahagian yang lain." Inilah situasi yang perlu kita wujudkan.

THIQAH 
Maksudku dengan thiqah adalah: Seorang jundi itu yakin dan tenang dengan kebolehan, keikhlasan pemimpinnya dengan keyakinan yang mendalam yang akan melahirkan perasaan kasih, menghargai dan taat. Firman Allah yang bermaksud: "Maka demi Tuhanmu (wahai Muhammad) mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan kamu hakim dalam mana-mana perselisihan yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka keberatan dari apa yang kamu hukumkan dan mereka menerima keputusan itu dengan sepenuhnya" (An-Nisa'). Pimpinan adalah sebahagian dari dakwah dan tidak ada dakwah tanpa pimpinan. Keyakinan yang silih berganti antara pimpinan dengan tenteranya akan mencernakan kekuatan sistem jemaah, mengukuhkan strateginya, kejayaannya dalam mencapai matlamatnya dan juga kejayaannya mengatasi segala cabaran dan kesusahan yang merintang perjalanan jemaah. "Ketaatan dan perkataan yang baik adalah lebih utama kepada mereka..." Pimpinan dalam dakwah Ikhwanul Muslimin mempunyai hak seperti hak bapa kepada anaknya di sudut hubungan ruhi, hak guru dalam kepentingan akademik, hak syeikh dalam tarbiyah ruhiyyah, hak pimpinan dalam hukum politik umum dakwah. Dakwah kita adalah himpunan dari makna-makna ini. Thiqah kepada pimpinan adalah segalanya dalam usaha menjayakan dakwah ini. Oleh itu seorang akh itu hendaklah bertanya kepada dirinya sendiri soalan-soalan ini untuk mengetahui sejauh mana thiqahnya kepada pimpinannya: 1. Adakah dia pernah mengenali pimpinannya sebelum itu dan mengetahui keadaan hidupnya? 2. Adakah dia yakin dengan kebolehan dan keikhlasannya?3. Adakah dia bersedia untuk menganggap setiap arahan yang diberikan kepadanya dari pimpinannya selain dari perkara maksiat, sebagai arahan yang putus dan muktamad yang tidak ada perbahasan, keraguan, tidak puas hati dan kritik selepasnya?, di samping memberikan nasihat dan petunjuk kepada perkara yang benar? 4. Adakah dia bersedia untuk menganggap pandangannya adalah salah dan pandangan pimpinannya adalah yang benar, jika berlaku pertembungan arahan pimpinan dengan apa yang diketahuinya dalam masalah ijtihadiyah yang tidak ada nas syarak? 5. Adakah dia bersedia untuk meletakkan keadaan hidupnya di bawah kepentingan dakwah? Adakah pada pandangannya, pimpinan memiliki haknya dalam menentukan antara kepentingan individunya dengan kepentingan dakwah secara umum? Dengan menjawab soalan seperti ini, seorang akh itu dapat mengukur sejauh mana hubungannya dengan pimpinannya dan keyakinannya kepadanya. Ini adalah kerana hati-hati manusia adalah berada di tangan Allah dan Allah membolak balikkannya mengikut apa yang Dia kehendaki. Firman Allah yang bermaksud: "Kalaulah kamu belanjakan segala yang ada di bumi, nescaya kamu tidak dapat juga menyatu-padukan di antara hati-hati mereka, akan tetapi Allah telah menyatu-padukan di antara (hati) mereka. Sesungguhnya Ia Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana" (Al-Anfaal).



Wahai akh yang benar dalam dakwahnya: Keimanan kamu dengan bai'ah ini mewajibkan agar kamu menunaikan beberapa kewajipan di bawah sehinggalah kamu menjadi satu sudut yang kukuh dalam binaan Islam ini. Kewajiban itu adalah:
1.       Kamu hendaklah mempunyai wirid al-Quran harian iaitu tidak kurang dari satu juzuk sehari dan berusahalah agar kamu menghabiskannya dalam masa yang tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari tiga hari.
2.       Hendaklah kamu perelokkan bacaan al-Quran kamu, mendengar dan mentadabbur makna-maknanya. Hendaklah kamu memenuhi masa kamu dengan mempelajari sirah yang suci dan juga sejarah para salaf, paling kurang bacalah kitab `Humatul Islam'. Hendaklah juga kamu banyakkan membaca hadis Rasulullah s.a.w, menghafal paling kurang empat puluh hadis dan seboleh-bolehnya hendaklah hadis empat puluh pilihan an-Nawawi. Kamu juga hendaklah mempelajari usul akidah dan cabang-cabang fikih.
3.       Sentiasa membuat pemeriksaan am kesihatan dan mendapat rawatan setiap penyakit yang dihidapi, juga mementingkan unsur-unsur kekuatan dan pencegah penyakit jasmani dan menjauhi unsur-unsur pembawa penyakit.
4.       Jauhkan dari terlampau banyak minum kopi, teh dan lain-lain minuman penyegar, jangan minum minuman-minuman ini kecuali ketika darurat. Janganlah sekali-kali merokok.
5.       Hendaklah menjaga kebersihan dalam setiap perkara sama ada dalam tempat tinggal, pakaian, makanan, badan dan juga tempat kerja. Agama dibina atas asas kebersihan.
6.       Hendaklah bercakap benar dan jangan sekali-kali berdusta.
7.       Hendaklah jujur dalam menunaikan segala janji dan kata-kata. Janganlah melanggarnya walaupun apa juga keadaan.
8.       Hendaklah menjadi seorang yang berani dan tabah menanggung kesusahan. Keberanian yang paling utama adalah berterus terang dalam perkara benar, merahsiakan perkara yang rahsia, mengakui kesilapan sendiri dan insaf diri dan mampu mengawal diri ketika marah.
9.       Hendaklah sentiasa warak, tenang dan serius. Kewarakan kamu tidak menghalang kamu dari gurauan benar ataupun suka dalam senyuman.
10.    Hendaklah menjadi seorang yang pemalu dan sensitif, kuat terkesan dengan kebaikan dan keburukan iaitu bergembira dengan yang pertama (kebaikan) dan sedih dengan perkara yang kedua (keburukan). Hendaklah juga menjadi seorang yang tawadhuk dalam perkara yang bukan mendatang kehinaan, ketundukan dan pendustaan. Hendaklah meminta gaji yang kurang dan gaji sebenarnya agar kamu dapat sampai kepada darjat tawadhuk.
11.    Hendaklah sentiasa adil dan benar dalam setiap keputusan yang diambil dalam apa jua keadaan. Kemarahan kamu kepada sesuatu perkara janganlah melupakan kamu akan kebaikan-kebaikan yang ada, begitu juga perasaan redha kamu pada satu perkara janganlah menutup segala kejahatan yang ada. Janganlah pertelingkahan kamu menjadikan kamu melupakan segala nilai murni. Bercakap benarlah walaupun dalam perkara yang menyentuh diri sendiri ataupun menyentuh orang yang terdekat dengan kamu sekalipun perkara yang kamu tidak sukai.
12.    Hendaklah menjadi seorang yang sentiasa cergas, ringan tulang dalam khidmat awam, gembira dan riang jika dapat memberikan bantuan dan khidmat kepada orang lain. Ziarahilah orang sakit, bantulah orang yang berhajat, menanggung orang yang lemah, membantu orang yang ditimpa kemalangan walaupun hanya dengan perkataan yang baik, juga sentiasalah bersegera dalam amalan kebaikan.
13.    Hendaklah menjadi seorang yang menyayangi, memuliakan, memaafkan, mengampun dan berlembut dengan manusia mahupun binatang. Hendaklah mempunyai interaksi dan akhlak yang elok dengan semua manusia, memelihara adab Islam dan kemasyarakatan, mengasihi kanak-kanak, memuliakan dan menghormati orang tua, melapangkan majlis, tidak menyelinap dan merisik hal orang lain, tidak mengumpat dan bertempik-tempik, meminta izin jika ingin masuk dan keluar dan lain-lain lagi.
14.    Bijak dalam membaca dan menulis, banyak mentelaah perutusan-perutusan, akhbar, majalah Ikhwan dan sebagainya. Hendaklah membuat perpustakaan sendiri walaupun kecil, hendaklah kamu menjadi seorang yang pakar dalam bidang ilmu dan seninya jika kamu seorang ahli takhasus. Hendaklah kamu menguasai hal-ehwal am Islam yang membolehkan kamu menggambarkannya dan memutuskan sesuatu hukum yang bertepatan dengan kehendak fikrah.
15.    Hendaklah berkecimpung dalam kerja ekonomi walaupun banyak mana harta kamu. Hendaklah melebihkan kerja sendiri walaupun dengan pendapatan yang kecil, juga hendaklah menumpukan segala usaha kamu kepadanya walaupun setinggi mana tahap pencapaian akademik kamu.
16.    Jangan terlalu mengharapkan kerja dengan kerajaan dan hendaklah kamu menganggapnya sebagai pintu rezeki yang paling sempit. Jangan pula kamu menolaknya jika kamu diberikan peluang. Janganlah kamu melepaskannya kecualilah jika ia bertentangan secara langsung dengan kewajiban dakwah.
17.    Pastikan kamu melakukan pekerjaan kamu dengan seelok eloknya, penuh ketekunan, dedikasi, tidak menipu dan tepat pada masanya.
18.    Hendaklah kamu menjadi seorang yang bijak menunaikan hak-hak kewajipan kamu, hendaklah menunaikan hak-hak orang lain dengan sempurna tidak ada kekurangan, dan tidak sekali menangguh-nangguh.
19.    Hendaklah jauhkan diri dari sebarang jenis perjudian walaupun apa tujuan lain di belakangnya, jauhkanlah diri dari segala punca pendapatan yang haram walaupun sebanyak mana keuntungan segera yang akan didapati.
20.    Jauhkan diri dari riba dalam segala bidang muamalah dan bersihkan diri anda keseluruhannya dari riba.
21.    Hendaklah memberikan khidmat positif kepada perkembangan ekonomi Islam dengan mendokong segala kilang-kilang dan binaan-binaan ekonomi Islam. Jagalah setiap sen duit kamu agar jangan terjatuh ke tangan pihak bukan Islam walau apa jua keadaan. Janganlah kamu makan dan pakai kecuali dari makanan dan pakaian buatan negara Islam kamu sendiri.
22.    Memberikan saham sebahagian dari harta kamu untuk dakwah, menunaikan zakat yang diwajibkan ke atas kamu dan jadikanlah ia sebagai hak yang maklum kepada orang yang berhajat dan ketiadaan harta benda, walau sekecil manapun pendapatanmu.
23.    Hendaklah mempunyai simpanan harta walaupun sedikit untuk masa kecemasan dan jangan sekali-kali terjerumus dalam membelanjakannya kepada perkara yang hanya bersifat menyempurnakan.
24.    Hendaklah berusaha sedaya upaya untuk menghidupkan segala adat-adat Islam dan menghapuskan adat-adat asing dalam seluruh aspek kehidupanmu. Antaranya: adat-adat yang bersangkutan dengan salam alu-aluan, bahasa, sejarah, fesyen, perkakas rumah, jadual kerja dan rehat, makanan dan minuman, jadual sampai dan bertolak, kesedihan dan kesukaan dan sebagainya. Hendaklah kamu sentiasa merujuknya daripada sunah Rasulullah s.a.w yang suci.
25.    Hendaklah kamu memulaukan segala mahkamah tradisi dan setiap hukuman yang tidak menepati Islam, memulaukan sepenuhnya kelab-kelab, media massa, kumpulan, sekolah-sekolah dan pertubuhan yang menentang fikrah kamu.
26.    Sentiasa bermuraqabah kepada Allah Taala, mengingati akhirat dan bersedia untuknya. Hendaklah kamu melakukan segala perkara yang menyampaikan kamu kepada keredhaan Allah dengan penuh kebanggaan dan keazaman. Hendaklah mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadat-ibadat sunat seperti sembahyang malam, berpuasa sekurang-kurangnya tiga hari sebulan, memperbanyakkan zikir hati dan lidah dan menyertakan doa yang muktabar dalam setiap keadaan.
27.    Hendaklah kamu sentiasa menjaga kesucian badan kamu dan sentiasa berada dalam keadaan berwudhuk kebanyakan waktu.
28.    Perelokkan sembahyang kamu, sentiasa mengerjakannya pada waktunya dan menjaganya agar ditunaikannya secara berjemaah dan di masjid sejauh kemampuan kamu.
29.    Hendaklah berpuasa Ramadhan, mengerjakan haji jika mampu dan berusaha ke arahnya jika kamu masih belum ada kemampuan mengerjakan haji.
30.    Sentiasalah sematkan niat untuk berjihad dan perasaan mencintai syahid dalam hatimu dan bersedialah untuk itu sedaya upaya kamu.
31.    Hendaklah sentiasa memperbaharui taubatmu, sentiasa beristighfar, melepaskan diri dan dosa-dosa kecil tambahan pula dosa-dosa besar. Hendaklah kamu memperuntukkan sedikit masa untuk menghitung amalanmu sama ada baik ataupun tidak, sebelum tidur, berwaspada dari membuang masa kerana masa adalah kehidupan, tidak menghabiskannya dalam perkara yang tidak berfaedah dan hendaklah kamu warak dalam perkara yang syubhat supaya kamu tidak terjerumus dalam perkara yang haram.
32.    Hendaklah kamu berjihad keras melawan nafsu kamu supaya kamu dapat mengawalnya, hendaklah kamu menundukkan pandangan kamu, mengawal perasaan kamu, melawan dorongan seks dalam diri kamu dan hendaklah sentiasa mencari perkara yang halal dan baik dan menghalang kamu dari melakukan perbuatan yang haram.
33.    Hendaklah kamu menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari arak dan perkara yang memabukkan dan menghilangkan kewarasan dan yang seumpamanya.
34.    Hendaklah kamu menjauhkan diri kamu dari kawan yang jahat dan merosakkan begitu juga dari tempat-tempat maksiat dan dosa.
35.    Hendaklah kamu memerangi tempat-tempat yang melalaikan lebih-lebih lagi dari mendekatinya. Kamu juga hendaklah menjauhkan diri dari segala bentuk kemewahan.
36.    Hendaklah kamu mengenali dengan terperinci setiap individu dari kalangan anggota katibah kamu dan juga kenalkan diri kamu sedetailnya kepada mereka. Tunaikanlah hak-hak persaudaraan secara sempurna seperti kasih sayang, menghargai saudara, bantu membantu dan melebihkan mereka dari diri kamu sendiri (ithar). Hendaklah kamu sentiasa menghadiri perjumpaan mereka dan janganlah ponteng darinya kecualilah dengan sebab keuzuran yang memaksa. Hendaklah sentiasa melebihkan mereka dalam setiap interaksi kamu.
37.    Hendaklah merungkaikan segala ikatan kamu dengan segala pertubuhan atau jemaah yang tidak ada hubungkaitnya dengan kepentingan fikrah kamu khasnya jika kamu diperintahkan sedemikian.
38.    Berusahalah untuk menyebarkan dakwah kamu ke setiap pelusuk bumi ini dan hendaklah sentiasa memberitahu pimpinan kamu apa sahaja keadaan yang kamu hadapi dan janganlah membuat sesuatu yang memberikan kesan yang besar kecuali dengan izin, hendaklah sentiasa berada dalam hubungan sama ada ruh atau amali dengan pimpinan. Hendaklah kamu sentiasa menganggap diri kamu sebagai seorang tentera di pengkalannya yang sentiasa bersedia menunggu arahan.
Wahai saudara yang benar ...Inilah dakwah kamu secara umumnya, ringkas penjelasan mengenai fikrah kamu yang dapat dikumpulkan asas-asas ini ke dalam lima slogan: `Allah Matlamat Kami, Rasul Ikutan Kami, Al-Quran Syariat Kami, Jihad Jalan Kami dan Syahid adalah Cita-cita Kami' Kamu juga dapat mengumpulkan tanda-tandanya dalam lima perkataan yang lain iaitu: Al-Bisatoh (mudah dan bersederhana), Al-Tilawah (tilawah al-Quran), Al-Solat (sembahyang), Al-Jundiyah (Ketenteraan) dan Al-Khulk (akhlak). Yakinlah bahawa jika kamu beramal dengannya dan menjadikannya sebagai harapan hidupmu dan tumpuan matlamatmu, maka balasan yang akan kamu dapati adalah kemuliaan di dunia serta kebaikan dan keredhaan di akhirat nanti. Di kala itu kamu adalah sebahagian dari kami dan kami adalah sebahagian dari kamu. Jika kamu berpaling dari kami dan berhenti dari amal ini, maka tidak ada lagi hubungan antara kita walaupun ketika itu kamu mengetuai kami dan mendapat gelaran-gelaran dan pangkat yang tinggi. Allah akan menghitung pengunduran kamu dari amal ini dengan hitungan yang ketat. Oleh itu pilihlah untuk dirimu apa yang kamu dampakan dan kami berdoa kepada Allah agar diberikan hidayah dan taufik kepada kita. Wahai orang-orang yang beriman! Mahukah kamu jika aku tunjukkan kepada kamu suatu perniagaan yang akan menyelamatkan kamu dari azab yang pedih: Pertama: Kamu beriman kepada Allah dan RasulNya Kedua: Kamu berjihad pada jalan Allah dengan harta benda dan diri kamu. Itulah yang lebih baik kepada kamu, sekiranya kamu mengetahui: 1. Nescaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu.2. Dan memasukkan kamu ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik dalam syurga Adn'. Itulah keuntungan yang besar 3. Dan perkara lain yang kamu sukai (ialah) pertolongan dari Allah.4. Juga kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira itu kepada orang-orang mukmin. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah seperti mana Nabi Isa ibni Maryam berkata kepada pengikut-pengikutnya: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?". Penolong-penolongnya menjawab: "Kamilah penolong-penolong (agama) Allah", maka berimanlah segolongan dari Bani Israel sementara segolongan lagi kufur. Maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman ke atas musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang (maksud ayat 10-14 dari surah al-Soff).




Qudwah sholihah ( Satu keharusan dalam pengkaderan)

Keteladanan yang baik merupakan salah satu sarana tarbiyyah dan pendidikan yang memiliki pengaruh besar dalam pembentukan jiwa dan akhlaq. Terlebih dalam periode pertama pembentukannya. Dengan keteladanan kongkrit seperti ini, Islam segera dirasakan oleh objek dakwah berbagai agama yang aplikatif. Ada dua asas yang sangat berpengaruh sekali dalam melahirkan qudwah sholihah ini. yang pertama : akhlaq yang baik , dan yang kedua : persesuaian perkataan dan perbuatan.

Asas yang pertama : Akhlaq yang baik

Husnul khuluq atau tingkah laku yang baik, merupakan satu hal yang menjadi tolak ukur keberhasilan dakwah. Seorang murobbi harus menghiasi perbuatan, tingkah laku dan akhlaqnya dengan sifat ini. sehingga keberadaannya tidak merusak citra Islam. Ada 5 aspek yang mendukung terbentuknya khusnul khuluq.

 .    Benar

Didalam Al Qur’an banyak ayat yang berbicara tentang sifat dan keutamaannya serta memerintahkan sekaligus kepada orang-orang yang beriman untuk menjadi orang-orang yang benar dengan senan tiasa bergaul dengan para shodiqin ( orang-orang telah diketahui kebenarannya ).
            Allah berfirman :
“ Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”. (QS. 9:119)

      Nilai satu sifat yang bermanfaat bagi hamba pada hari kiamat. Sekaligus menyelamatkannya dari murka Allah, dan mendorongnya kedalam syurga yang abadi.
Firman Allah :
“ Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka syurga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai mereka kekal didalamnya. Allah ridho kepadanya. Itulah keuntungan yang paling besar”. (QS. 5.115)

2    .     Sabar

Sabar merupkan setengah dari iman. Al Qur’an mengungkapnya lebih di delapan puluh tempat, dengan gaya bahsa perintah.
“ Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu”. (QS. 2:45)

sudah menjadi keharusan bagi seorang Da’i yang menjadikan jalan dakwah sebagai jalan hidupnya, untuk tabah dan bersabar terhadap berbagai kendala, tribulasi, mihnah, bala dan ujian yang dialaminya. Karena memang menempuh jalan dakwah berarti menempuh mara bahaya dan kesulitan, tanpa ketabahan dan kesabaran maka yang ada hanyalah kerusakan. Firman Allah :

“ Hai anaku, dirikanlah sholat, dan perintahkan manusia untuk berbuat baik, dan cegahlah mereka dari perbuatan yang munkar, dan bersabarlah apa yang menimpa kamu, sesungguhnya hal yang demikian termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”. (QS. 31:17)
“ Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan  hati dari rosul-rosul ……(QS. Al Ahqat)

3    .      Penyantun dan lemah lembut

Seorang murobbi mempunyai tanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didiknya. Karena itu memiliki hati yang dipenuhi rasa santun, lemah lembut dan penyayang. Dan sikap ini, tidak hanya ditujukan terhadap anak binaannya, tetapi juga kepada semua orang. 

Rasulullah bersabda :
“ Tidak akan disayang, orang yang tidak menyayangi orang lain”.
“ Penyantun, kasih sayang, welas asih dan lemah lembut, tidak akan dicabut kecuali dari diri orang yang jahat dan celaka”.
“ Orang-orang yang penyayang disayangi Allah, maka sayangilah orang-orang yang ada di atas muka bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh yang ada di atas langit”.

      Didalam kitabNya, Allah SWT memberikan keterangan bagaimana sifat ramahnya Nabi Muhammad SAW :
“ Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”.
(QS. At-taubah : 128)

4     .      Rendah hati dan tidak sombong

Sikap rendah hati merupakan lawan dari sikap sombong. Dia adalah hasil dan buah langsung dari pengenalan terhadap Allah, Robbnya, dan terhadap dirinya sendiri. Tidaklah mungkin manusia itu menjadi sombong, manakala ia mengenal kekuasaan, dan kebesaran Rabbnya, dan mengetahui keterbatasan dirinya. Da’i adalah orang yang paling berhak atas sikap ini, ketimbang orang lain. Sikap ini harus ada ketika ia bergaul dengan manusia, menyerukan mereka kepada kebenaran dan aklaq Islam yang mulia.
Secara fitrah, manusia memiliki tabiat tidak suka dan cenderung meninggalkan orang-orang yang sombong. Menutup hati dari seruan, petunjuk dan ajakannya. Oleh karena itulah, hendaknya shohibud-dakwah dan para murobbi, memahami dengan baik masalah ini. bertaqwalah kepada Allah, dan jauhkanlah sikap sombong dan takabur yang hanya akan menjadi sebab larinya manusia dari dakwah ini.
Orang yang sombong, dan takabur adalah orang yang enggan duduk semajelis dengan orang-orang yang miskin, faqir dan lemah. Juga orang yang senantiasa mendiskreditkan orang lain, dan merasa dialah yang paling baik (ananiyah). Kebalikannya orang yang tawadu’ dan rendah hati, dia memahami benar, firman Allah ta’ala :
“ Dan bersaberlah kamu bersama dengan orang-orang yang menyeru robbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridoan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini ….(QS. Al-Kahfi : 28)
“ Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”.(QS. Al-Hijr :88)

5    .      Bergaul dan menyambung hubungan silaturahmi dengan manusia

Saeorang muslim wajib untuk bergaul dan menyambung tali persahabatan dengan manusia lainnya. Manusia merupakan mahluk sosial, yang tidak dapat hidup sendirian. Bercamppur dan bergaul dengan manusia merupakan salah satu saran dakwah, yang hukumnya wajib. Karena tidak akan mungkin Islam sampai kepada masyarakat, kalau kita sendiri tidak bergaul dan berhubungan dengan masyarakat. Dan tabiat ajaran Islam meang mengharuskan hal ini. Islam tidak hanya untuk kehidupan pribadi muslim, tetapi mencakup keluarga, masyarakat dan dunia.
Rasulullah semenjak diangkat menjadi Nabi dan rasul, langsung diperintahkan untuk bertabligh, hidup dan bergaul dengan manusia, mendatangi majlis-majlis mereka dan menyambung tali silaturahmi, dalam rangka mengajak dan menyeru merekake jalan Allah. begitupula para sahabat. Mereka ajarkan kitabullah dan sunnah rasul, petunjuk dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah, untuk mencapai keberhasilan dakwah, dan menjadi contoh hasanah bagi anak didiknya, seorang da’i dan murabbi harus bergaul dengan masyarakat sekelilingnya dengan dasar cinta dan benci karena Allah. Dia tidak menyukai dan menyenangi seseorang, melainkan karena ketaatannya kepada Allah, dan sikapnya yang bersegera kepada keridhoan Allah. begitu pula ia tidak akan membenci seseorang karena kemaksiatannya dan sikapnya yang selalu bertentangan dengan perintah-perintah Alla Azza wa Jalla.

Asas kedua : Sesuai kata dan Perbuatan

Kesesuaia kata, dan perbuatan hendaknya harus dilakukan. Sebab secara mendasar, jiwa manusia tidak bisa menerima faedah dari hanya sekedar ucapan kosong tanpa bukti. Oleh karena itu Allah SWT memperingatkan kita :
            “ Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu tidak mengerjakan apa yang kamu katakan ? amat besar kebencian Allah terhadap kamu, dikarenakan kamu hanya mengatakan apa-apa yang tidak kamu perbuat”. (QS. Ash-Shoff : 2-3)

Ada dua hal yang harus kita perhatikan agar kita mampu menyelaraskan katadan perbuatan :

1   .      Niat yang ikhlas

Niat ikhlas membedakan antara perbuatan yang bersifat kebiasaan dengan perbuatan yang bersifat ibadah. Sehingga satu perbuatan yang secara hukum fikihnya sah, tetapi jika tidak diiringi niat yang ikhlas karena Allah semata, maka tidak ada pahala dan nilainya. Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada para tentara-Nya untuk memurnika dan mengikhlaskan niat di dalam melaksanakan hidup berdasarkan aturan Islam:
“ Katakanlah : sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan Din”.(QS. Az-Zumar 11)

2   .      Merasakan kesertaan Allah

Inilah yang akan melahirkan sikap senantiasa diawasi dan dikontrol oleh Allah SWT, sehingga sikap ihsan terelisir disetiap waktu dan tempat.jika tercapai kondisi ini, maka kemenagan dan kebahagiaan sudah di genggaman. Firman Allah :
“ Maka fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka diwaktu matahari terbit, maka setelah dua golongan itu saling melihat, berkatlah pengikut-pengikut Musa : sesungguhnya kita akan benar-benar tersusul, sesungguhnya Robbku besertaku, dia akan memberi petunjuk kepadaku …….”(QS. As-Syu’ara : 60-62)

Sikap Muroqobatullah selalu merasa diawasi Allah membuat seseorang selalu menjaga lisan dan khuluqnya.
Dakwah yang diwariskan Rosulullah hanya akan tertegak dan berkembang jika kedua asas ini dilaksanakan. Asas yang akan menghasilkan dakwah yang menggetarkan musuh-musuh Allah karena kekuatan iman dan aqidah. Dakwah akan menyejukan karena sesuai kata dan perbuatan.