Keteladanan yang baik
merupakan salah satu sarana tarbiyyah dan pendidikan yang memiliki pengaruh
besar dalam pembentukan jiwa dan akhlaq. Terlebih dalam periode pertama
pembentukannya. Dengan keteladanan kongkrit seperti ini, Islam segera dirasakan
oleh objek dakwah berbagai agama yang aplikatif. Ada
dua asas yang sangat berpengaruh sekali dalam melahirkan qudwah sholihah ini. yang pertama : akhlaq yang baik , dan yang kedua : persesuaian perkataan dan perbuatan.
Asas yang pertama : Akhlaq yang baik
Husnul khuluq atau
tingkah laku yang baik, merupakan satu hal yang menjadi tolak ukur keberhasilan
dakwah. Seorang murobbi harus menghiasi perbuatan, tingkah laku dan akhlaqnya
dengan sifat ini. sehingga keberadaannya tidak merusak citra Islam. Ada 5 aspek yang
mendukung terbentuknya khusnul khuluq.
. Benar
Didalam
Al Qur’an banyak ayat yang berbicara tentang sifat dan keutamaannya serta
memerintahkan sekaligus kepada orang-orang yang beriman untuk menjadi
orang-orang yang benar dengan senan tiasa bergaul dengan para shodiqin (
orang-orang telah diketahui kebenarannya ).
Allah
berfirman :
“ Hai orang-orang
yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang benar”. (QS. 9:119)
Nilai
satu sifat yang bermanfaat bagi hamba pada hari kiamat. Sekaligus
menyelamatkannya dari murka Allah, dan mendorongnya kedalam syurga yang abadi.
Firman Allah :
“ Ini adalah suatu
hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka
syurga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai mereka kekal didalamnya. Allah
ridho kepadanya. Itulah keuntungan yang paling besar”. (QS. 5.115)
2 . Sabar
Sabar
merupkan setengah dari iman. Al Qur’an mengungkapnya lebih di delapan puluh
tempat, dengan gaya
bahsa perintah.
“ Jadikanlah sabar dan sholat
sebagai penolongmu”. (QS. 2:45)
sudah
menjadi keharusan bagi seorang Da’i yang menjadikan jalan dakwah sebagai jalan
hidupnya, untuk tabah dan bersabar terhadap berbagai kendala, tribulasi,
mihnah, bala dan ujian yang dialaminya. Karena memang menempuh jalan dakwah
berarti menempuh mara bahaya dan kesulitan, tanpa ketabahan dan kesabaran maka
yang ada hanyalah kerusakan. Firman
Allah :
“ Hai anaku, dirikanlah sholat,
dan perintahkan manusia untuk berbuat baik, dan cegahlah mereka dari perbuatan
yang munkar, dan bersabarlah apa yang menimpa kamu, sesungguhnya hal yang
demikian termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”. (QS. 31:17)
“ Maka bersabarlah kamu seperti
orang-orang yang mempunyai keteguhan
hati dari rosul-rosul ……(QS. Al Ahqat)
3 . Penyantun
dan lemah lembut
Seorang
murobbi mempunyai tanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
didiknya. Karena itu memiliki hati yang dipenuhi rasa santun, lemah lembut dan
penyayang. Dan sikap ini, tidak hanya ditujukan terhadap anak binaannya, tetapi
juga kepada semua orang.
Rasulullah
bersabda :
“ Tidak akan disayang, orang yang
tidak menyayangi orang lain”.
“ Penyantun, kasih sayang, welas
asih dan lemah lembut, tidak akan dicabut kecuali dari diri orang yang jahat
dan celaka”.
“ Orang-orang yang penyayang
disayangi Allah, maka sayangilah orang-orang yang ada di atas muka bumi,
niscaya kamu akan disayangi oleh yang ada di atas langit”.
Didalam
kitabNya, Allah SWT memberikan keterangan bagaimana sifat ramahnya Nabi
Muhammad SAW :
“ Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, amat belas
kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”.
(QS. At-taubah :
128)
4 . Rendah
hati dan tidak sombong
Sikap
rendah hati merupakan lawan dari sikap sombong. Dia adalah hasil dan buah
langsung dari pengenalan terhadap Allah, Robbnya, dan terhadap dirinya sendiri.
Tidaklah mungkin manusia itu menjadi sombong, manakala ia mengenal kekuasaan,
dan kebesaran Rabbnya, dan mengetahui keterbatasan dirinya. Da’i adalah orang
yang paling berhak atas sikap ini, ketimbang orang lain. Sikap ini harus ada
ketika ia bergaul dengan manusia, menyerukan mereka kepada kebenaran dan aklaq
Islam yang mulia.
Secara
fitrah, manusia memiliki tabiat tidak suka dan cenderung meninggalkan
orang-orang yang sombong. Menutup hati dari seruan, petunjuk dan ajakannya.
Oleh karena itulah, hendaknya shohibud-dakwah
dan para murobbi, memahami dengan baik masalah ini. bertaqwalah kepada
Allah, dan jauhkanlah sikap sombong dan takabur yang hanya akan menjadi sebab
larinya manusia dari dakwah ini.
Orang
yang sombong, dan takabur adalah orang yang enggan duduk semajelis dengan
orang-orang yang miskin, faqir dan lemah. Juga orang yang senantiasa
mendiskreditkan orang lain, dan merasa dialah yang paling baik (ananiyah). Kebalikannya orang yang
tawadu’ dan rendah hati, dia memahami benar, firman Allah ta’ala :
“ Dan bersaberlah kamu bersama
dengan orang-orang yang menyeru robbnya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridoan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena
mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini ….(QS. Al-Kahfi : 28)
“ Dan berendah dirilah kamu
terhadap orang-orang yang beriman”.(QS. Al-Hijr :88)
5 . Bergaul
dan menyambung hubungan silaturahmi dengan manusia
Saeorang
muslim wajib untuk bergaul dan menyambung tali persahabatan dengan manusia
lainnya. Manusia merupakan mahluk sosial, yang tidak dapat hidup sendirian.
Bercamppur dan bergaul dengan manusia merupakan salah satu saran dakwah, yang
hukumnya wajib. Karena tidak akan mungkin Islam sampai kepada masyarakat, kalau
kita sendiri tidak bergaul dan berhubungan dengan masyarakat. Dan tabiat ajaran
Islam meang mengharuskan hal ini. Islam tidak hanya untuk kehidupan pribadi
muslim, tetapi mencakup keluarga, masyarakat dan dunia.
Rasulullah
semenjak diangkat menjadi Nabi dan rasul, langsung diperintahkan untuk
bertabligh, hidup dan bergaul dengan manusia, mendatangi majlis-majlis mereka
dan menyambung tali silaturahmi, dalam rangka mengajak dan menyeru merekake
jalan Allah. begitupula para sahabat. Mereka ajarkan kitabullah dan sunnah
rasul, petunjuk dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah, untuk mencapai keberhasilan
dakwah, dan menjadi contoh hasanah bagi anak didiknya, seorang da’i dan murabbi
harus bergaul dengan masyarakat sekelilingnya dengan dasar cinta dan benci
karena Allah. Dia tidak menyukai dan menyenangi seseorang, melainkan karena
ketaatannya kepada Allah, dan sikapnya yang bersegera kepada keridhoan Allah.
begitu pula ia tidak akan membenci seseorang karena kemaksiatannya dan sikapnya
yang selalu bertentangan dengan perintah-perintah Alla Azza wa Jalla.
Asas
kedua : Sesuai kata dan Perbuatan
Kesesuaia kata, dan perbuatan hendaknya harus
dilakukan. Sebab secara mendasar, jiwa manusia tidak bisa menerima faedah dari
hanya sekedar ucapan kosong tanpa bukti. Oleh karena itu Allah SWT
memperingatkan kita :
“ Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
tidak mengerjakan apa yang kamu katakan ? amat besar kebencian Allah terhadap
kamu, dikarenakan kamu hanya mengatakan apa-apa yang tidak kamu perbuat”. (QS.
Ash-Shoff : 2-3)
Ada dua hal yang harus kita
perhatikan agar kita mampu menyelaraskan katadan perbuatan :
1 . Niat
yang ikhlas
Niat
ikhlas membedakan antara perbuatan yang bersifat kebiasaan dengan perbuatan
yang bersifat ibadah. Sehingga satu perbuatan yang secara hukum fikihnya sah,
tetapi jika tidak diiringi niat yang ikhlas karena Allah semata, maka tidak ada
pahala dan nilainya. Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada para
tentara-Nya untuk memurnika dan mengikhlaskan niat di dalam melaksanakan hidup
berdasarkan aturan Islam:
“ Katakanlah : sesungguhnya aku
diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam menjalankan Din”.(QS. Az-Zumar 11)
2 . Merasakan
kesertaan Allah
Inilah
yang akan melahirkan sikap senantiasa diawasi dan dikontrol oleh Allah SWT,
sehingga sikap ihsan terelisir disetiap waktu dan tempat.jika tercapai kondisi
ini, maka kemenagan dan kebahagiaan sudah di genggaman. Firman Allah :
“ Maka fir’aun dan bala
tentaranya dapat menyusuli mereka diwaktu matahari terbit, maka setelah dua
golongan itu saling melihat, berkatlah pengikut-pengikut Musa : sesungguhnya
kita akan benar-benar tersusul, sesungguhnya Robbku besertaku, dia akan memberi
petunjuk kepadaku …….”(QS. As-Syu’ara : 60-62)
Sikap
Muroqobatullah selalu merasa diawasi Allah membuat seseorang selalu menjaga
lisan dan khuluqnya.
Dakwah
yang diwariskan Rosulullah hanya akan tertegak dan berkembang jika kedua asas
ini dilaksanakan. Asas yang akan menghasilkan dakwah yang menggetarkan
musuh-musuh Allah karena kekuatan iman dan aqidah. Dakwah akan menyejukan
karena sesuai kata dan perbuatan.
0 komentar:
Posting Komentar